Sabtu, 14 Desember 2019

Hongkong, Macau Dan Singapura, Jun 2019

HONGKONG
Ini adalah pengalaman kami yang kedua datang ke Hongkong, walaupun kedatangan yang pertama kami tidak bersama-sama. Mendarat di Hongkong Airport jam 10:00, langsung menuju ke tempat penjualan Ticket kereta Airport Express, untuk selanjutnya naik kereta turun di Hong Kong. Stasiun kereta airport express di Hongkong terhubung langsung ke staisun MRT Central, walaupun jalan kakinya harus lumayan jauh. 

Dari Central lanjut naik MRT turun di Tsim Sha Tsui karena kami tinggal di Imperial hotel selama 3 malam. Selama tinggal di hotel ini kami ketemu 4 rombongan lain dari Indonesia. Siang itu kami agak lama tinggal di hotel karena harus memastikan Keisha makan siang dengan benar dan juga ingin beristirahat terlebih dahulu setelah perjalanan jauh, sehingga baru sekitar jam 3 sore kami keluar menuju Victoria Peak.

Acara hari ini cuma satu yaitu leisure di Victoria Peak. Untuk ke Victoria Peak kami menuju ke MRT central kemudian lanjut naik tram. Hari itu kami kurang beruntung karena tram tidak beroperasi karena sedang direnovasi sehingga ada 2 option Victoria Peak yaitu dengan naik bus atau naik taxi. Karena jaraknya tidak jauh, kami memutuskan untuk naik taxi. Berikut pemandangan di Victoria Peak.




Di Victoria Peak ini rencananya mau bertahan sampai malam untuk melihat Hongkong Sky Line lengkap dengan cahaya lampu lampunya, tetapi kami kurang beruntung karena tiba2 Keisha demam. Kami lupa bawa obat Keisha dan tidak ada Apotek di sekitar Victoria Peak. Jadi kami memutuskan kembali ke hotel dan beristirahat di hotel sampai pagi berikutnya.

Hari ke dua, alhamdulillah demam Keisha teratasi. Rencana hari ini kami mau menuju ke Disneyland dan Keisha sudah lengkap dengan outfit Disneynya. Namun karena Disneyland buka jam 10:00, kami sempatkan dulu singgah ke Avenue of star dan SKY 100.  Keisha yang tadinya sudah semangat melihat Micky Mouse jadi tidak bersemangat sama sekali. Akhirnya kami hanya singgah sebentar sambil ambil beberapa photo. Avenue of Star bisa ditempuh dengan jalan kai dari hotel dan berikut adalah photo di Avenue of Star.




Dan berikut adalah photo di Sky 100.



Selanjutnya kami menuju ke Disneyland dengan lanjut naik MRT turun di Sunny Bay. Keisha masih tidak percaya kalau kami menuju ke Disneyland. Dari Sunny bay ke Disneyland naik kereta khusus Disneyland yang dilengkapi dengan atribut Disneyland. Benar dugaan kami, setelah naik kereta Disneyland Keisha auranya langsung berubah ceria, wajahnya berseri-seri. "Ini yang aku mau" kira kira begitu dalam pikirannya. Sepertinya kami kami mempunyai kesalahan itinerary. Kalau mengajak anak kecil, destinasi untuk anak kecilnya harus dijadualkan di awal. Sementara kami jadualkan di hari ke -2 karena hari pertama tiba di hotel dah sore hari. 

Beginilah wajah anak yang sedang berbahagia.








Agenda hari ke -2 di Hongkong ini kami tutup dengan kembali ke Tsin Sha Thui untuk wisata belanja salah satunya di Soho yang lokasinya dis amping hotel kami menginap.

Hari ketiga kami ke Macau, akan kami sajikan setelah cerita Hongkong selesai. Dan hari terakhir kami ke Ngong Ping. Perjalanan menuju ngong ping searah dengan Disneyland, hanya beda satu stasiun MRT, yaitu Tung Chung. Keluar dari stasiun Thung Cung kita akan dihadapkan 2 pilihan, pergi naik bus atau cable car. Hampir kami salah naik, saya kira naik bus dulu baru naik Cable Car. Ternyata, cable carnya itu posisinya setelah kami berjalan melewati terminal Bus.

Perjalanan naik cable car lumayan indah, tetapi menurut saya biasa saja untuk ukuran wisata ke luar negeri. Berikut spot yang bagus selama naik Cable Car.

Ada jalan menuju bawah laut.

Di bulan Juni ini udara di Ngong Ping juga lumayan panas untuk ukuran daerah pegunungan, jadi kami juga tidak berlama-lama di sini. Saya hanya ingin tahu seperti apa sih Ngong Ping....paling tidak bisa cerita Ngong Ping itu seperti apa, tetapi memang nothing special, saya sendiri tidak berphoto di Ngong Ping ini, cukup diwakilkan istri saja ha ha....





MACAU
Di hari ke 3 di Hongkong kami menuju ke Macau dengan Kapal Feri Turbojet dari Sheung Wan terminal dengan naik yang jam 07:00. Berangkat dari hotel jam 06:00, sampai terminal Sheung Wan jam 06:10 dengan naik taxi. Ternyata Terminal Feri baru dibuka 30 menit sebelum keberangkatan, kami menunggu di MacD sampai jam 06:30. Setelah Check ini, kami melalui imigrasi terlebih dahulu. Imigrasinya tidak antri panjang sehingga 30 menit sudah cukup buat persiapan naik Feri. 
Di ruang tunggu kelas Super sebelum naik Feri

Di dalam kapal feri

Kapal Feri tiba di Macau Outer terminal hampir jam 08:00 dengan jarak tempuh 79 KM. Setelah melewati imigrasi dan keluar terminal, kami mau mencari bus kota menuju ke Lisboa tetapi gak tahu kenapa bus nya tidak juga datang setelah kami menunggu sekitar 30 menit. Akhirnya kami memutuskan naik bus gratis hotel Wynn Macau, turun di Wynn Hotel. Berikut adalah pemandangan di Macau di sekitar Wynn Hotel.






Di depan Wynn Hotel




Di depan Hotel Grand Lisboa

Selanjutnya kami mau menuju ke Chapel of our lady of Penha. Kembali kami kesulitan mendapatkan bus no 9. Akhirnya kami memutuskan pergi naik taxi. Semenanjung Macau itu tidak luas. menurut saya memang lebih baik naik taxi dari pada naik bus kota terutama kalau di Macau hanya sehari PP dari Hongkong, apalagi sasi datang bersama baby.

Kepada sopir taxi kami sampaikan kalau kami mau menuju ke Chapel of our lady of Penha, tetapi sang sopir tidak tahu tempat dengan nama ini. Akhirnya saya tunjukkan photo Macau tower (bukan photo chapelnya ya), pak sopir tahu maksudnya saya mau menuju kemana. Diantarlah kami ke Chapel. Suasana di Chapel saat itu sangat sepi, hanya kami sekeluarga dan 2 orang backpacker pria dari Spanyol.

Untuk pemandangan dari Chapel ini menurut saya sangat menawan, bagaimana menurut Anda?






Selanjutnya kami menuju ke Ruins of St. Paul. Untuk menuju ke reruntuhan gereja ini kami harus berjalan dari Chapel of our lady sekitar 200 meter untuk menuju ke jalan raya karena rasanya tidak mungkin mendapatkan taxi di chapel ini. 
Ruins of St. Paul ramai dengan pengunjung

Saat berada di sini hujan turun, kami berteduh sambil menikmati egg tart, makanan khas macau yang  rasanya meledak di mulut. Dan ketika hujan turun bergegas kami ambil photo sebelum kembali ramai dengan pengunjung.
Ruins of St. Paul

Dari Ruins of St. Paul, kami nenuju ke Senado square dengan jalan kaki karena letaknya tidaklah jauh. Di Senado square terdapat berderet bangunan khar eropa (portugis) dan tedapat berderet pertokoan buat yang ingin berbelanja. Kami memasuki beberapa Toko. Saatnya makan siang, kami mampir di warung makan barokah yang lokasi tidak jauh jauh dari Senado Square. pemiliknya orang orang indonesia. Kami makan gado gado dan membungkus soto ayam.




Dari Senado square ke Lisboa memungkinkan ditempuh jalan kaki, tetapi kami kembali naik taxi menuju Guia Lighthouse. Yang menarik buat kami bukan isi di dalam mercusuar ini, tetapi pemandangan macau dari atas bukit dimana mercusuar ini berada.




Macau Terdiri dari 3 area: Semenanjung Macau (yang nyambung di ujung utaranya dengan Daratan China, Provinsi Guangdong, tepatnya Kota Zhuhai), Pulau Taipa, dan Pulau Coloane. Macau dan Taipa dihubungkan 3 jembatan: Sai Van Bridge, Macau-Taipa Bridge, Friendship Bridge. Sementara Taipa dan Coloane dihubungkan dengan Cotai (Coloane-Taipa) Strip, sebuah wilayah hasil reklamasi, tempat dibangunnya kasino-kasino megah.

Dari Guia Lighthouse ke Taipa kembali kami naik taxi turun di Venetian langsung wisata belanja di pusat perbelanjaan Venetian. Namun jiwa petualangan kami berontak kalau harus berada di dalam mall, kami memutuskan untuk keluar gedung untuk mencari spot yang indah untuk dilihat.
Di dalam Venetian Mall

Di depan Venetian

Seperti di Venice beneran













Jadual Kapal ferry kami dari Outer terminal macau ke Hong kong jam 17:00. Sementara check in ferry dibuka 30 menit sebelumnya. Posisi kami waktu itu di Venetian, Taipa, yang kalau menuju ke outer terminal memerlukan waktu sekitar 15 menit (jarak sekitar 3 km). Jadi kalau kami meninggalkan Venetian jam 16:30, harusnya masih cukup waktu walau memang terlalu ketat. Jam 16:30 kami masih foto2 di depan City of dream di seberang Venetian. Kami pikir saatnya sekarang untuk cari taxi menuju ke ferry Outer terminal. Tak disangka ternyata tidak ada taxi yang mau berhenti. Mereka lebih memilih untuk picking penumpang di lobby hotel. Akhirnya kami menuju ke lobby hotel Holiday Inn yang bersebelahan dengan City of Dream. 

Di lobby hotel saya minta petugas hotel untuk membantu saya mendapatkan taxi. Di sinilah masalah dimulai. Taxi dan bus gratis Holiday inn datang berbarengan. Saya bertanya petugas hotel “is the bus going to the ferry outer terminal?” Petugas bilang yes, it is. Saya ulangi sekali lagi pertanyaan saya untuk memastikannya dan dijawab iya. Akhirnya kami memutuskan untuk naik bus itu. Sebelum naik kami tanya ke drivernya apakah benar bus menuju ke ferry Outer terminal dan dijawab iya. Naiklah kami ke Bus itu. Lumayan bisa berhemat, pikir saya.
8 menit kemudian sampailah bus di ferry terminal Taipa. Kok Taipa? Kan ferry saya dari Outer terminal. Walah salah ini.. kalau saya lanjut naik bus ini lagi, pasti saya akan telat karena bus akan ngetem tunggu penumpang terlebih dahulu. Akhirnya kami turun dan menuju lobby terminal ferry Taipa untuk mencari taxi. 15 menit menuju 17:00. Ohh tidak mungkin, pasti kami telat.
Haduhhh taxinya pakai antri lagi. Saya antrian no 6. Kalau saya mau minta dapat taxi duluan, etikanya saya harus izin ke orang yang antri di depan saya satu per satu. Saya coba saja deh ke pasangan anak muda di depan saya. “Excuse me, I am with my baby, may I get taxi before you?” “Yes, it is fine. No problem” Alhamdulillah, akhirnya kami dapat antrian no 5 sekarang. Sebuah taxi lewat ternyata tidak mau berhenti. Makin deg degan hati ini. Saya coba lagi ngomong pasangan muda lagi di depan saya. “Excuse me, I am with my baby, may I queue first before you?” Mereka menunjukkan ekspresi bingung, ternyata mereka tidak bisa berbicara bahasa enggris. Waduh gimana ngomongnya pakai bahasa isyarat ya? Akhirnya saya pindah berdiri di depan dia, terus sambil senyum saya tanya, “is it OK?” sambil mengacungkan kedua jempol saya. Is it Ok? Mereka tersenyum dan bilang OK. Jadilah kami di antrian ke 4 sekarang.

1 taxi datang dan orang yang antri paling depan naik taxi dan kami jadi pada urutan ke 3. 2 pasangan di depan saya keduanya orang tua. Gak mungkin lah saya minta duluan ke orang tua…. mana taxinya gak datang2 lagi. Dalam hati saya berfikir “Dosa apa saya? Kenapa bisa salah ambil keputusan seperti ini? Apakah saya terlalu galak sama anak buah saya? Apakah sedekah saya kurang banyak? Apakah saya lalai dengan kewajiban saya padaNya?” Tara…… 3 taxi datang sekaligus, berbarengan. Dan kami dipersilahkan naik. Alhamdulillah.
Dalam taxi saya bilang ke driver, yakin saja si driver bisa bicara bahasa inggris . “Please go to outer terminal. Could you please drive your car very fast? I am already late. I am worry will miss my ferry”.
Driver: “What time is your ferry?”
Saya : “17:00”
Driver: “Ohhh my God… I am not sure we will arrive outer terminal before 5, but I will try my best”

Driver langsung tancap gas. Satu menit berlalu dan tiba-tiba jalannya macet.
Saya: “Ohh traffic too much. Do you know what happened?”
Driver: “I think there is accident. The traffic is very long. ” sambil dia melihat HP-nya. “May I go through another way? The distance will be longer, but I think it will be faster”
Saya: “Yes please, I don’t care about the distance. Help me how can we arrive to outer terminal as soon as possible”. Saya lihat driver menancap gas dan berusaha melarikan mobil secepat mungkin.

Taipa dan Outer terminal dipisahkan oleh laut dan ada 2 jembatan penyeberangan yang jaraknya tidak jauh satu sama lain. Kami terdiam, saya biarkan driver berusaha mengendara taxi secepat mungkin. Saya lihat di jembatan yang batal kami lewati memang terjadi kemacetan dengan antrian yang sangat panjang. Dalam hati berdoa semoga kapal saya masih bisa terkejar. Ticketnya business lagi, lumayan mahal lah. Saya berfikir, kalau sampai saya telat dan tiketnya hangus, saya harus beli tiket baru, ya saya ikhlas. Harta hanya titipan, Allah mungkin akan mengambil sebagian harta yang dititipkan kepadaku… Lain kali saya harus lebih bijak… saya mau harta yang dititipkan kepadaku, saya kembalikan dengan cara yang lebih baik.

Sampailah kami di lobby outer terminal jam 17:05. Yach terlambat deh. Siap menghadapi apapun yang terjadi. Saya lihat argonya 92 Pataca. Saya kasih uang 100 Pataca dengan maksud tidak usah ada kembalian. Saya lupa kalau pajaknya belum terhitung di argo. Driver bilang 101 Pataca. Saya coba cari uang recehan saya yang dah terlanjur saya masukkan ke dalam tas. Driver bilang “Go..go.. Don’t be worry with 1 pataca… Go go… 1 Pataca is nothing than you miss your ferry” Driver taxinya seakan merasa bersalah karena kami tiba lewat jam 5 dan berusaha agar saya tidak ketinggalan ferry. Saya jadi ikutan panik dan cuma bilang “Thank you..Thank you… bye bye”
Kami berlarian menuju ke tempat check in. Alhamdulillah ferry-nya delay. Saya lihat masih ada beberapa orang antri check in. Ya Allah… perjuangan kami membuahkan hasil… Allah memudahkan urusan kami. Allah mempertemukan kami dengan Driver taxi yang baik hati. Kapok deh dengan schedule yang terlalu ketat ha ha…….. Kalau teringat sepenggal kenangan ini, saya selalu tersenyum. Kayak sinetron saja, bikin jantung mau copot ha ha.. Berikut photo terakhir Keisha di depan City of Dream dengan background Venetian.




SINGAPURA

Ini adalah ke tiga kalinya kami ke Singapura. Masih banyak sih yang belum kami kunjungi, tetapi karena kami juga ke Hongkong dan Macau, maka transit di Singapura ini hanya sebentar saja.

Dari Changi airport ke Fullerton Hotel, kami naik taxi. Ketika sampai di lobby hotel saya minta Istri untuk turun duluan untuk check in, sementara saya membayar taxi. Saat saya mengambil strollernya Keisha dari bagasi taxi, entah apa yang saya fikirkan saya lupa mengambil koper dari dalam bagasi dan menutup bagasi dengan merasa tidak bersalah.

Saat tiba di reception, Petugas hotel (reception man) menanyakan bagasinya mana, bisa dibantu? Saya: "Ohh my God, my luggage is still in the taxi. I forgot it". Man: "Bisa lihat bill taxinya?" rupanya dia tahu saya orang indonesia.
Saya: "Saya tidak minta billnya"
Man: "Apa merk taxinya?"
Saya: "Saya tidak tahu"
Man: "Apa warna taxinya?"
Saya: "Biru"
Man: "Do not be worry, i will help you to get it"

Masuklah kami ke kamar hotel. Di dalam hotel disediakan buah apel dan anggur. Welcome refreshment. Sambil menunggu kabar dari reception, saya coba menikmati buah apel, sementara istri sibuk kebingungan bagaimana membuka gordyne. Ditarik tarik gordynenya tidak mau membuka. Rupanya cara membuka gordynenya pakai remote. Sekitar 5 menit kami masuk kamar, ada telepon dari reception kalau kopernya sudah ditemukan, dan minta konfirmasi kalau biaya mengantarkan koper 20 dollar singapore. "It is fine, thank you".

Istri mengajak Keisha ke kamar mandi, menyalakan Jacuzzi (bukan bath up). Keisha lari menghampiri saya yang lagi makan anggur "Papa lihat deh.. tempat mandinya bagus banget. Beda sama yang di Lagos". Saya coba lihat kamar mandinya. Sangat luas. Ada jacuzzi, closet di kamar terpisah, ada juga shower terpisah yang dilengkapi dengan tempat duduk. Bell berbunyi ternyata petugas hotel membawakan koper kami. "Wowww profesional sekali!!!!"

Berikut adalah foto dari balkon kamar hotel. Di kamar ada boneka bear cantik, nggak tahu ini complementary atau bukan tapi yang jelas saat kami minta di bawa pulang diperbolehkan.



Observation Deck Sands Sky Park merupakan salah satu main destinationnya kami untuk menikmati indahnya sunset dan juga indahnya pemandangan downtown dari ketinggian; Garden by The Bay, Singapore flyer, Infinity swimming pool dan Esplanade Theatres. 














Berlama lama di tempat yang indah seperti ini , dengan angin semilir sore hari yang segar, sambil menikmati kacang thailand yang mantap, dengan sunset yang indah, tidak terasa 2 jam sudah berlalu. Dari atas sini kita juga bisa melihat specra light and water fountain show.

Besok paginya kami menikmati sunrise di Marina Bay dengan berjalan kaki dari hotel secara lokasinya berdekatan. Saat kami tiba di Merlion langitnya masih gelap, jadi kami menikmati aneka buah di sebuah cafe yang telah buka sebelum sunrise tiba, yang menjajakan berbagai macam kue, buah dan minuman. Lokasinya pas di depan patung Merlion. Saat Sunrise tiba Keisha yang tadinya masih tidur terbangun dan tidak mau ketinggalan ikut narsis.







Habis dari Merlion lalu kami menuju ke Garden By the Bay dengan menggunakan MRT. Sebenarnya tidak worth it dari Merlion ke Garden dengan MRT karena jarak jalan ke stasiun MRTnya sama dengan jarak jalan ke garden. 




Tidak lama kami menikmati udara pagi yang masih sejuk dan Fresh di Garden By The Bay. Segera kami ke hotel dengan naik taxi lagi.
Setiba di hotel istri saya turun dari taxi dan saya membayar ongkos taxi 8 dolar.
Driver: "Ini uang apa?"
Saya: "Ohhh sorry. itu uang dolar Hong Kong" sambil cengingisan. Dia mengembalikan uang ke saya. Saya coba cari uang dollar singapura saya tapi gak ketemu. Karena agak lama Petugas Hotel menghampiri dan menanyakan masalahnya.
Saya: "Saya lupa bawa dollar singapura Pak" Saya baru sadar kalau di dalam taxi ada fasilitas untuk membayar pakai kartu debit atau kredit.
Man: "Berapa ongkosnya?"
Driver: "8 dollar"
Man: "Ini saya yang bayar saja" . Petugas hotel mengeluarkan dompet dan membayar ongkos taxi. Taxipun pergi.
Saya: "Terima kasih Pak. Saya akan ke kamar untuk ambil uang dan kembali ke Bapak"
Man: "Sama-sama. Santai saja Mas. 
Saya langsung menuju ke hotel, mengembalikan uang Bapak itu, tentunya pakai extra, dan selanjutnya menikmati breakfast di Hotel.

Setelah sarapan, rencana kami mau ke Marina Barrage, tetapi karena udara cukup panas kami memllih untuk janjian denagn teman yang tinggal di Singapura di Cafe P.Sat One Fullerton.