Kamis, 25 Januari 2018

Euro Trip ke 6: Austria (Dachstein-Planai-Hallstatt (26-28 Des 2018)

Jam 5:00 pagi tgl 26 Des 2017, kami bergegas meninggalkan hotel Mercure Munchen menuju Stasiun Munchen Hbf yang kami tempuh dengan jalan kaki selama sekitar 10 menit. Sampai stasiun kami masih punya waktu cukup untuk menaikkan koper dan beli sarapan pagi di minimarket 24 jam stasiun Munchen HBf. Kereta kami berangkat jam 5:48 menuju Salzburg. Dari Salzburg lanjut lagi naik kereta jam 08:15 menuju Schladming dan tiba di Schladming jam 9:55.

Pemandangan dari Salzburg ke Schladming sangat indah sekali. Kita akan disuguhi pemandangan pegunungan dengan salju dimana mana.





Dari stasiun schladming kami naik taxi ke hotel. Jaraknya sebenarnya dekat dan bisa dilakukan dengan naik bus tetapi karena kami baru datang, belum tahu sistem transportasi bus dan barang bawaan kami cukup banyak maka kami putuskan naik taxi saja seharga 8 Euro.

Kami menginap di hotel Tui Blue Pulse yang letaknya sangat strategis. Di depan hotel terdapat planet planai: stasiun kereta gantung menuju ke puncak bukit planai, dan juga halte bus di sampingnya. Berikut foto di sekitar hotel.
View dari lantai 2 hotel Tui Blue Pulse

 Foto di depan Hotel Tui Blue Pulse


Depan Planet planai (stasiun kereta gantung)

Destinasi pertama adalah Dachstein Glacier, puncak Alpen tertinggi di Austria. Untuk ke sana perlu naik Bus no 960 jurusan Turlwand. Sistem bus yang berlaku di sini adalah bayar langsung di dalam bus. Dengan berpegang peta jalur bus berangkatlah kami ke Turlwand yang ditempuh  selama sekitar 50 menit. Selama 50 menit ini kami disuguhi pemandangan yang luar biasa indah.
Bukit planai











Untuk menuju ke Dachstein Glacier kita harus naik kereta gantung. Tapi tahan dulu, di sekitar stasiun kereta gantung Turlwand ini pemandangannya juga luar biasa. Kami sempatkan untuk foto-foto dulu tentunya. Berikut hasil cepretan cantiknya:











Saatnya kami naik kereta gantung menuju ke puncak Dachstein. Lagi-lagi kami disuguhi lukisan Allah yang bikin mulut ternganga terkagum-kagum.





Tibalah kami di puncak Dachstein. Suhu saat itu -15 derajat. Dingin sekali. Agak kawatir juga Keisha tidak kuat dengan suhu extrim ini. Saya keluar dari stasiun kereta gantung menuju suspension bridge dengan menurunin tanjakan salju yang terjal dan licin sambil menggendong Keisha. Beberapa kali tergelincir tetapi keisha malah tertawa... sedangkan jantung ini deg deg serrrr...... ha ha...

Sampailah kami di suspension bridge. Jembatan di atas jurang terjal. Tapi kami percaya sama hasil kerja orang eropa, jadi kami melewati suspension bridge dengan santai.



Di ujung suspension bridge ini ada "stairway to nothingness". Ngeri juga tangganya. Dan benar, saat kami berdiri di atas stairway to nothingness, saya merasa nothing, Allah maha besar atas segala ciptaan dan kekuasaannya.


Kebiasaan main dengan Keisha dengan mengangkatnya tinggi2 he he ...

Selesai dari Stairway to nothingness kami melewati gua es menuju ice palace yang berisi beberapa patung yang terbuat dari es.

Gak tahu es yang menimbuni jembatan ini disengaja atau tidak, tapi akhirnya dibuatkan terowongan agar kami bisa melewatinya.

Sampailah kami ke Ice palace:




 Dapatkah anda melihat banteng menyeruduk?

 Singgasana Es

Keluar dari ice palace terdapat hamparan salju dan tempat bermain ski. 



Sebenarnya kami ingin menikmati sunset di puncak Dachstein ini, tetapi nggak mungkin karena kami naik bus dan bus terakhir adalah jam 17:00 (maghrib jam 17:00). Jadi kami akan ikut bus yang jam 16:00 untuk antisipasi jika ada keterlambatan sehingga kami bisa ikut bus selanjutnya.

Sampailah kami ke stasiun Turlwand jam 15:50. Saya lihat bus belum ada. Sementara Keisha menunggu di dalam stasiun saya coba pantau barang kali busnya sudah datang. Tapi saya tunggu sampai jam 4:10 kok bus gak datang juga, mulailah hati ini gusar. Ada apa dengan Bus nya? Ini bukan kebiasaan transportasi eropa kalau modelnya gak on time gini. Telusur punya telusur ternyata bus dah berangkat lebih awal. Tapi kami tenang karena dapat konfirmasi bahwa masih ada bus yang terakhir.

Manusia hanya bisa berusaha, Allah yang menentukan. Mungkin ini memang sudah takdir kami ketinggalan Bus, Allah mengizinkan kami untuk menikmati indahnya sunset di Turlwand yang tak terlupakan indahnya.







  
Tuh busnya dah datang di belakang saya

Waktu menujukkan jam 16:30. Bus terakhir sudah datang. Saya tanya kapan kami boleh naik. Driver bilang 5 menit sebelum jam 5 pm. Saya nego bahwa saya bawa anak kecil dan bisa kedinginan, dan akhirnya kami diizinkan masuk ke dalam Bus yang nunggu keberangkatan. Bus jalan jam 17:10 karena ada permintaan seseorang yang keluarganya akan datang terlambat. Keisha tidur dalam perjalanan pulang. Sepertinya dia kecapekan seharian kami jadikan foto model ha ha ....

Kami tiba di hotel sekitar jam 18:00. Nyampai hotel Keisha bangun dan kami mencari makan malam di depan hotel dengan menu Spagetti Aglio Olio, Chicken Donald Duck dan Chicken .... apa ya, lupa namanya.
Keisha sadar kamera

Selesai makan kami kembali ke hotel dan istirahat agar besok full stamina lagi.Hari ke-2 kami mulai dengan sarapan di hotel. Hari ini acaranya ke bukit Planai yang stasiun kereta gantungnya pas di depan hotel.
Keisha lagi nunggu papanya beli ticket kereta gantung ke Planai

Antrian menuju Planai sangat panjang sekali. Rupanya Planai merupakan tempat ski favourit di sini. Naik kereta gantung dimulai, indahnya alam pegunungan membuat mata ini menjadi lebih segar.
 
Kota Schladming tampak dari atas







Tibalah kami di puncak Planai. Saya merasa seperti orang hilang di Planet ini. Serasa kami punya alam yang berbeda. Mereka yg berjumlah ribuan sibuk main ski, sedangkan kami asyik narsis. Iya hanya kami bertiga saja yang tidak membawa peralatan ski. Kami juga tidak menemukan wisatawan di tempat ini. Kayaknya salah destinasi wisata nihhh ha.ha... PD aja lagi ... yang penting wowwww indahh sekaliiii!!!











Udara kali ini dingin dan disertai angin, jadi kami tidak bisa lama-lama di sini. Kami turun lagi ke Planet Planai dan menghabiskan waktu dengan melihat beberapa toko souvenir dan foto foto di sekitar hotel sambil menunggu jadual kereta ke Hallstatt jam 13:30.

Next destination is Hallstatt. Dari Schladming ke Hallstatt memerlukan waktu sekitar 2 jam dengan kereta dengan sekali transit. Pemandangan dari Schladming ke Hallstatt ini juga sangat indah.







 Kasian banget ada ibu-ibu dorong bayinya di jalan yang jauh dan kanan kiri bersalju


 Keisha nampak Happy di dalam kereta

Sok serius melihat suasana di luar kereta ha ha...

Untuk menuju ke pusat kota Hallstatt kita bisa memilih turun di stasiun Obertraun atau stasiun Hallstatt. Tapi saya lebih memilih turun di Hallstatt karena lebih praktis, turun dari kereta bisa langsung naik perahu melintasi danau turun di depan hotel Heritage.

Berikut pemandangan Hallstatt dari atas perahu.




Sampailah kami di Hallstatt. dan langsung check in hotel Heritage. Saya sudah membayangkan indahnya danau dan pegunungan dari kamar hotel karena saya memesan kamar dengan view danau. Tetapi tidak sesuai harapan, saya baru tahu kalau Hotel Heritage ada gedung 1,2 dan 3. Yang di tepi danau ini yang 1, sementara saya dapat yang gedung 3. Saya mencoba untuk menerima, tetapi setelah tahu lokasinya lumayan jauh dan viewnya tidak sesuai harapan, saya komplain ke hotel kurang lebih begini percakapannya:
Saya: "Mbak saya pesan hotel di sini, bukan di gedung 3, saya tidak mau menginap di gedung 3".
Hotel: "Tapi hotel di sini sudah full book Pak".
Saya: "Tolong dilihat lagi, saya mau tinggal di gedung ini. Kalaupun yang tersisa adalah kamar yang paling mahal di sini, tidak masalah buat saya (padahal tidak begitu kata hati ini ha ha...)"
Hotel: "Tapi tidak ada kamar lagi di sini Pak".
Saya: "Saya tidak mau pakai kamar di gedung 3, biarpun saya harus membayarnya. Saya akan mencari hotel lain di sekitar sini".
Hotel: "Tunggu sebentar Pak. Saya cek sekali lagi.  Ohhh ternyata ini ada kamar, tapi ukuran dan ratenya lebih kecil dari yang Bapak book. Kalau Bapak mau, uang selisihnya tidak bisa kembali".
Saya: "Tidak masalah buat saya, yang penting saya bisa menginap di gedung ini".
Hotel: "Ohhh ternyata ada juga kamar yang sesuai dengan rate yang Bapak booking tetapi viewnya berbeda, bagaimana?"
Saya: Sinting ini orang, kata saya dalam hati. Katanya full book tapi masih ada beberapa kamar. "Tentu saja saya OK"

Buat teman-teman yang mau booking Heritage Hotel, harus dipastikan jauh jauh hari bahwa Hotel yang Anda booking adalah gedung 1. Saya lihat banyak sekali yang kecewa karena harus menempati gedung 2 atau 3. Syukurlah setelah berjuang akhirnya saya dapat gedung 1. Beginilah view danau dari gedung 1, lumayan lah walau tak sesuai harapan. Yang paling penting di gedung satu ini dekat kemana-mana: landmark hallstatt, markt square, supermarket, stasiun perahu dll.
Pemandangan danau dari kamar hotel

Hotel Heritage Hallstatt

Senja telah tiba, langit mulai gelap. Lampu2 kota telah dinyalakan. Ini lah saat yang tepat untuk berfoto di landmark Hallstatt seperti berikut:


Malam itu kami tutup dengan belanja di minimarket SPAR yang lokasinya di samping hotel untuk cemilan di hotel dan beli kebab turkey untuk makan malamnya. Malam itu kami menikmati kebab turkey dengan ditemani hujan salju yang membuat suasana serasa begitu indah.

Malam telah berlalu, menghantarkan tidur kami. Hari ini adalah hari terakhir kami di Eropa karena malam ini saya harus kembali ke Indonesia via Munchen, Jerman. Saya punya waktu sampai jam 12:00 buat menikmati indahnya pemandangan danau dan kota. Jadualnya memang agak nekat karena saya jadualkan tiba di Airport Munchen 30 menit sebelum waktunya check in pesawat. Berikut hasil narsis kami di Hallstatt diawali dari landmark kota ini.

View pagi hari berbeda dengan sore hari, tetapi sama-sama indahnya.







Baru ingat ada lagu hatimu selembut salju, dan baru merasakan lembutnya salju itu seperti apa.

Gereja khatolik Parish Church

Hotel Heritage

Di depan hotel Herritage



Lutheran Church, Heritage hotel, Khatolik Parish Curch


Masih di depan hotel

Selanjutnya kami menuju ke market square. Tempat ini merupakan tempat dengan lapangan terbuka dengan dikelilingi toko-toko cafe dan hotel.
Market square


Photo di atas adalah salah satu butik di market square. Pengin sih beliin baju unik buat Keisha dengan desain khas Austria, tapi ketika baca label harganya 90 EUR, akhirnya kami putuskan cukup berfoto saja ha..ha.. mendingan beli di matahari dapat beberapa set .... otak hidup hemat jalan terus..ha.ha..

Selanjutnya kami menuju museum Hallstatt Heritage. Museum ini menceritakan sejarah kota Hallstatt. Namun karena saat ini masih dalam liburan natal, museumnya tutup.

View Danau di seberang Heritage Museum

Di danau ini terdapat beberapa angsa liar yang mempercantik pemandangan danaunya.


Ampun Angsa, jangan sosor aku please....

Foto di tempat yang sama tapi agak siangan

Walaupun kami di Hallstatt hanya sebentar, kami bertemu dengan 4 rombongan dari Indonesia, salah satunya pasangan pengantin baru dari Pekayon Bekasi yang sedang berbulan madu. Berikut ini hasil jepretan sang pengantin.  OK juga... he he..





Di sepanjang jalan di tepi danau ini juga terdapat beberapa toko souvenir. Saya membeli 20 buah gantungan kunci seharga @ 5 Eur. Penjual toko menanyakan kenapa membeli gantungan kunci sebanyak itu. Kami bilang itu untuk oleh-oleh teman-teman saya. Dia bilang "Ohh my god. Really? Your friend is very much! katanya.




Tiba saatnya untuk kembali ke hotel untuk check out. Kami kembali lagi ke hotel dengan melewati jalur yang sama. Tapi masih ada waktu buat makan siang dulu di Restaurant turkey di depan hotel

Setelah check out kami menuju ke stasiun kereta dengan naik perahu. Jadual keberangkatan perahu ini juga disesuaikan dengan keberangkatan kereta karena Hallstatt bahnhoff (stasiun kereta) terletak di seberang danau yang tidak ada rumah sama sekali. Kami menuju ke Munchen, Jerman, melalui Salzburg. Perjalanan kereta dari Hallstatt ke Salzburg ini juga sangat indah.





Tiba di Munchen Airport 30 menit sebelum check in. Kami menuju tempat check in tanpa antri karena kami check in di Business Class. Habis check in kami makan di sebuah restaurant dan bertemu dengan Bapak/Ibu Uun Freddy Firmansyah, yang belakangan kami ketahui sebagai orang tua dari teman kerja kami.
 
Di dalam pesawat Emirates menuju ke Jakarta.


Begitulah perjalanan kami, kalau ada yang ditanyain bisa kontak ke kuntofk@gmail.com

Febry dan Kunto,Wisata jalan jalan ke Dahstein, Planai, Hallstatt